Selasa, 15 November 2011

maserasi


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi dari campurannya dengan mengunakan pelarut yang sesuai.
            Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, dapat dibedakan dua macam ekstraksi yaitu sebagai berikut :
1.      Ekstraksi padat-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat didalam campurannya yang bebentuk padat.
2.      Ekstraksi cair-cair jika substansi yang diekstraksi terdapat didalam campurannya yang berbentuk cair.

Berdasarkan proses pelaksanaanya, ekstraksi dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Ekstraksi yang berkesinambungan (continous extraction)
Dalam ekstraksi ini pelarut yang sama dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai
2.    Ekstraksi bertahap (bath extraction)
Dalam ekstraksi ini pada tiap tahap selalu dipakai berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.
Jenis-jenis ekstraksi :
1.      Ekstraksi secara dingin
Misalnya pada maserasi, sokletasi, perkolasi
2.      Ekstraksi secara panas.
Misalnya pada refluks, destilasi uap.


MASERASI
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana . Prinsip maserasi yaitu penyarian zat aktif dilakukan dengan cara  merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam ronnga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan yang terdekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain.
Cairan  penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah d iusahakan.
Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna.
Maserasi pada umumnya dilakukan dengan cara : sepuluh bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana, kemudain dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan.
Pada penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi larutan diluar butir serbuk simplisia sehingg dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil – kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel.
Hasil dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Waktu tersebut diperlukan untuk mengendapkan zat – zat yang tidak diperlukan tetapi ikut terlarut dalam cairan penyari seperti malam dan lain-lain.
Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya:
1.      Digesti
Adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40˚ C - 50˚ C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain :
a.       Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas.
b.      Daya melarutkan cairan penyari akn meningkat, sehingga pemanasan tersebut mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
c.       Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan berbanding terbalik dengan kekentalan, hingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat apabila suhu dinaikkan.
Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke dalam bajana.
2.      Maserasi dengan mesin pengaduk.
Pengaduk berputar terus-menerus, waktu proses masersi dapat dipersingkat menjadi 6-24 jam.
3.      Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua.
4.      Maserasi melingkar.
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.
Keuntungan cara ini :
a.      Aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas
b.      Cairan penyari akan didistribusikan secara seragam sehingga akan memperkecil kepekaan setempat
c.       Waktu yang diperlukan lebih pendek

5.      Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat dilaksanakan secara sempurna, karena pemindahan massa akan berhenti bila keseeimbangan telah terjadi. Masalah  ini dapat diatasi dengan maserasi melingkar bertingkat (MMB)
            Maserasi melingkar bertingkat peralatannya hampir sama dengan maserasi melingkar.




PERKOLASI

            Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan peny ari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya., dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
            Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).
            Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a.       Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meninkatkan derajad perbedaan konsentrasi.
b.      Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk salutran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat maningkatkan perbedaan kosentrasi. \
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut percolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari percolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukanya penyarian disebuat ampas atau sisa perkolasi.
Bentuk percolator ada 3 macam yaitu percolator berbentuk tabung, percolator berbentuk paruh, dan percolator berbentuk corong. Pemilihan percolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan di sari. Serbuk kina yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik jika diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Pada pembuatan tingtur dan ekstrak cair, jumlah cairan penyari yang tersedia lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan penyari yang diperlukan untuk melarutkan zat aktif. Pada keadaan tersebut, pembuatan sediaan digunakan percolator lebar untuk mempercepat proses perkolasi.  
Percolator berbentuk tabung biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair, percolator berbentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar tinggi, percolator berbentuk corong biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar rendah.
            Ukuran percolator yang digunakan harus dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih dari 2/3 tinggi percolator. Percolator dibuat dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang tidak saling mempengaruhi dengan obat atau cairan penyari.
            Percolator dilengkapi dengan tutup dari karet atau bahan lain, yang berfungsi untuk mencegah penguapan. Tutup karet dilengkapi dengan lubang bertutup yang dapat dibuka atau ditutup dengan menggesernya. Pada beberapa percolator sering dilengkapi dengan botol yang berisi cairan penyari yang dihubungkan ke percolator melalui pipa yang dilengkapi dengan keran. Aliran percolator diatur oleh keran. Pada bagian bawah, pada leher percolator tepat di atas keran diberi kapas yang di atur di atas sarangan yang dibuat dari porselin atau di atas gabus bertoreh yang telah dibalut kertas tapis
            Kapas yang digunakan adalah yang tidak terlalu banyak mengandung lemak. Untuk menampung perkkolat digunakan botol perkolat, yang bermulut  tidak terlalu lebar tetapi mudah dibersihkan. Menurut Farnakope Indonesia, penyarian dengan perkolasi dilakukan sebagai berikut :
Kalau tidak dinyatakan lain perkolasi dilakukan dengan membasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, lalu dimasukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Kemudian massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator sambil tiap kali ditekan hati-hati.selanjutnya dituangi cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari. Kemudian percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit dan ditambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga jika 500 mg perkolat yang keluar terakhir di uapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat kemudian disuling atau diuapkan dengan tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500  hingga konsistensi yang dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga diperoleh 0,2 bagian yang selanjutnya dicampurkan kedalam perkolat pertama.
            Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol, dapat juga dilakukan dengan cara perkolasi tanpa menggunakan panas.
            Untuk ekstrak yang diperoleh dengan penyari air agar dihangatkan segera pada suhu lebih kurang 900 C, lalu di enapkan dan diserkai. Serkaian selanjutnya diuapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 500 , hingga konsistensi yang dikehendaki.
            Untuk ekstrak cair dengan penyari etanol, hasil akhir harus dibiarkan di tempat sejuk selama 1 bulan, kemudian di saring sambil mencegah penguapan.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana percolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Maserasi dilakukan dalam bejana tertutup. Maserasi ini penting terutama pada serbuk simplisia yang mudah mengembang bila terkena air, misalnya serbuk rimpang tanaman suku Zingiberaceae. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari, maka cairan pwnyari tidak dapat menembus keseluruh sel dengna sempurna. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh sel mengembang. Maserasi pendahuluan sebaiknya dilakukan juga pada serbuk simplisia yang keras, yang zat aktifnya sulit disari atau jika jumlah cairan penyarinya terbatas. Jika serbuk simplisia sebelumnya dibasahi dengan cairan penyari yang cukup untuk mengembangkan sel dengan sempurna maka aliran cairan penyari tidak akan mengakami hambatan. Setelah seluruh sel serbuk mengembang maka aliran cairan penyari akan merata, sehingga dapat menembus seluruh sel dengan sempurna.
            Sebelum serbuk yang telah dimaserasi itu dimasukkan kedalam percolator, bagian leher percolator diberi kapas, gabus bertoreh atau dengan cara lain. Kapas atau gabus harus dijaga jangan sampai basah oleh air, kecuali bila cairan penyari mengandung air. Hal tersebut perlu diperhatikan terutama bila serbuk simplisia mengandung damar. Perkolat yang mengandung damar akan mengendap, karena adanya air dalam kapas atau gabus tersebut. Endapan tersebut akan menghalangi aliran perkolat berikutnya. Bila menggunakan gabus sebaiknya di atasnya diberi kertas saring dengan diameter lebih besar dari gabusnya. Pinggir kertas saring digunting teratur, pengguntingan tersebut bertujuan agar kertas saring dapat menempel pada dinding percolator.
            Setelah maserasi, massa dimasukkan ke dalam percolator. Pemindahan  dilakukan sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan. Penekanan ini merupakan salah satu usaha untuk mengatur kecepatan pengalitran cairan penyari. Bila ada kekhawatiran bahwa aliran cairan penyari terlalu cepat, hingga zat aktif tidak tersari sempurna maka penekanan dapat dilakukan dengan agak kuat. Sebaliknya bila perkolat tidak dapat menetes berarti massa terlalu padat atau serbuk simplisia terlalu halus. Bila hal ini terjadi, isi percolator harus dibongkar, dan kemudian dimasukkan kembali dengan penekanan yang agak longgar. Bila  diperlukan dapat dibantu dengan mencampur sejumlah kerikil yang telah dibersihkan pada massa tersebut.
            Setelah serbuk yang telah dimaserasi itu dimasukkan ke dalam percolator, kemudian ditutup denga kertas saring. Kertas saring memiiiki daris tengah lebih besar dari pada garis tengah bejana percolator. Pada pinggir kertas saring digunting beraturan, agar dapat menempel pada dinding perkoaltor. Di atas kertas saring tersebut diberi pemberat kerikil, kaca atau bahan inert lainnya, untuk mnecegah agar kertas saringtidak terangkat ke atas pada saat dituangi cairan penyari.
            Cairan penyari dituangkan perlahan-lahan hingga di atas permukaan massa masih tergenang dengan cairan penyari. Cairan penyari harus selalu ditambahkan sehingga terjaga adanya lapisan cairan penyari di atas permukaan massa. Untuk memudahkan penambahan cairan penyari di atas percolator dipasang botol cairan penyari diatur sehingga kecepatan menetes sari. Setelah massa didiamkan 24 jam dalam percolator, keran dibuka. Keran diatur sehingga kecapatan menetes 1 ml tiap menit. Jika penatesan terlau cepat, penyarian tidak sempurna, sebaliknya jika terlalu lambat akan membuang waktu dan kemungkinan menguap lebih besar. Beberapa istilah yang digunakan untuk menyatakan kecapatan mengalir adalah lambat untuk kecepatan menetes 1ml tiap menit; sedang untuk kecepatan antara 1 ml sampai 3 ml tiap menit dan cepat untuk kecepatan antara 3 ml sampai 5 ml tiap menit.
            Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kualitatif pada perkolat terakhir. Penyarian kina, pule pandak, pulai, perkolat dihentikan bila reaksi alkaloid sudah negative. Untuk jenitri dan teh ditentukandengan reaksi terhadap zat aktif tannin. Untuk obat yang belum diketahui zat aktifnya dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya.
1.                  Reperkolasi
Untuk menghindari minyak atsiri pada pembuatan sari, maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan. Pada perkolasi tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara : simplisia dibagi dalam beberapa percolator, hasil percolator pertama dipekatkan menjadi perkolat I dan sari selanjutnya disebut susulan II. Susulan II digunakan untuk menjadi perkolat II. Hasil perkolator II dipisahkan menjadi perkolat II dan sari selanjutnya disebut susulan II. Pekerjaa tersebut diulang sampai menjadi perkoat yang diinginkan. Untuk cara reperkolasi dapat dilakukan pada herba timi.

2.Perkolasi bertingkat
Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses penyarian tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan tetesan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer.
             Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dilakukan cara perkolasi bertingkat.serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna, sebelum dibuang, disari dengan penyari yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru, disari dengan perkolat yang hamper jenuh dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jenuh. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan.
            Cara ini cocok jika digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar diperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan:
1.                  Jumlah perkolator yang diperlukan
2.                  Bobot serbuk simplisia untuk tiapa perkolasi
3.                  Jenis cairan penyari
4.                  Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi
5.                  Besarnya tetesan dan lain-lain
Percolator yang digunakan untuk cara  perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga:
1.                  Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya.
2.                  Ampas dengan mudah dapat dikeluarkan.
Percolator diatur dala suatu derertan dan tiap percolator berlaku sebagai perkoltor pertama.


INFUNDASI
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pad suhu 900 selama 15 menit.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaaan tradisional. Dengan bebebrapa modifikasi, car ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Infuse dibuat dengan cara:
1.      Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air 2 kali bobot bahan, untuk bunga 4 kali bobot bahan dan untuk karagen 10 kali bobot bahan.
2.      Bahan baku ditambah dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900-980 C. umumnya untuk 100bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.
Pada simplisi tertentu tidak diambil 10 bagian.
Hal ini disebabkan karena:
a.       Kandungan simplisia kelarutannya terbatas, misalnya kulit kina digunakan 6 bagian.
b.      Disesuaikan dengan cara penggunaanya dalam pengobatan, daun kumis kucing, sekali minum infuse 100 cc, karena itu diambil ½ bagian.
c.       Berlendir, mislny karagen digunakan 1 ½ bagian.
d.      Daya kerjanya keras, misalnya digitalis digunakan ½ bagian.
3.      Untuk memindahkan penyarian kadang-kadang perlu ditambahkan bahan kimia misalnya:
a.       Asam sitrat untuk infuse kina.
b.      Kalium atau natrium karbonat untuk infuse kelembak.
4.      Penyarian dilakukan pada saat cairan masih panas, kecuali bahan yang mengandung bahan yang mudah menguap.
Simplisia yang digunakan untuk pembuatan infus harus mempunyai derajat kehalusan tertentu.
a.       Derajat kehalusan (2/3), misalnya daun kumis kucing, daun sirih akar manis
b.      Derajat kehalusan ( 3/6) misalnya rimpang jaringau, akar kelembak
c.       Derajat kehalusan (6/8) misalnya rimpang lengkus, rimpang temulawak, rimpang jahe.
d.      Derajat kehalusan (8/24) misalnya kulit kina.



DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. 1986.Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Novi kristanti,Alfinda.dkk.2008.Buku Ajar Fitokimia.Surabaya:Airlangga University